Konstipasi ini banyak terjadi pada bayi dan anak-anak khususnya di Indonesia. Yaitu mencapai 30% dari seluruh anak dan hampir 90% penyebab konstipasi pada anak adalah kelainan fungsional, artinya hanya terdapat pada kelainan pada proses tubuhnya bukan pada organ di bayi atau anak hal ini terbukti bahwa pada anak konstipasi yang datang ke dokter dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut tidak terdapat kelainan pada organ si anak atau bayi.
Penyebab tersering anak mengalami konstipasi adalah riwayat trauma pada saat berhajat sebelumnya. Misal rasa nyeri atau kurang nyaman saat berhajat, atau saat berhajat merasa lembab sehingga kurang nyaman. Hal tersebut menyebabkan anak merasa trauma dan tidak ingin berhajat lagi. Akibat trauma yang kurang menyenangkan bagi anak anak tersebut membuat anak ingin menahan dan tidak mau buang hajat. Karema ditahan tersebut sehingga proses penyerapan air dalam tinja semakin sering dan tinja akan semakin keras. Sehingga ketika anak ingin berhajat akan semakin susah dan semakin sakit sehingga akan memperparah terjadinya konstipasi.
Lalu bagaimana cara mengatasi sembelit pada bayi? Yuk simak tips berikut ini:
1. Hal pertama yang harus dilakukan saat anak sudah mengalami konstipasi adalah dengan pemberian obat yang dimasukkan ewat anus untuk mengeluarkan tinja yang terjebak di dalam usus.
2. Setelah tinja keluar, kita harus memberikan terapi pada anak agak tidak terjadi konstipasi lagi yaitu dengan memberikan cairan bileh susu atau air putih sebanyak 1 liter dalam sehari jika anak sudah memiliki minimal berat badan 10 kg. Jika kurang dari 10 kg berikan cairan dengan rumus BB x 100 ml. Jika anak sudah mulai makan selain susu berikan makanan dengan serat yang cukup seperti buah-buahan dan sayur, berikan susu sesuai dengan kebutuhan anak dalam sehari, berikan pijatan pada perut menggunakan minyak telon atau baby oil bisa dengan cara memijat searah dengan jarum jam dengan cara message perut dari arah kanan bawah menuju kanan atas kemudian kiri atas menuju kiri bawah sebanyak 15 kali dalam sehari untuk merangsang gerakan pada usus besar agar feses dapat keluar dengan mudah. Selain itu jika anak sudah usia 18 bulan, mulailah mengajarkan anak mengenai toilet training. Disini anak setiap 15 menit setelah makan pagi atau makan siang kita dudukkan di toilet atau mainan berbentuk toilet selama kurang lebih 3-5 menit. Hal ini bertujuan untuk merangsang refleks saluran pencernaan dan membangingkan reflek pengeluaran tinja. Saat awal-awal target kita bukan anak dapat BAB karena hal ini akam membuat anak menjadi stress dan malah tidak bisa BAB.
Originally posted 2019-12-02 10:37:00.